Istirhami / Kamus Asasi Istirhami

Kamus Asasi Istirhami

  • Kamus Asasi Istirhami

    Bismillahirrahmanirrahim

    Alhamdulillah, kian hari semakin terasa bahwa Istirham mulai mengakar di tengah masyarakat Istirhami, dengan wilayah yang terus meluas. Oleh sebab demikian, agar hal-hal yang berkaitan dengan shalawat ini tetap terjaga utuh, maka diperlukan kaifiyat atau panduan dalam mengamalkan Istirham, selain beberapa aspek penting Istirham yang dituangkan dalam Ensiklopedia Istirhamia.

    Ensiklopedia ini, tentu belum selengkap yang diharapkan, mengingat heterogenitas atau kemajemukan kaum Istirhami yang membawa pemahaman mengenai shalawat ini ke arah yang dinamis. Akan tetapi, setidaknya, Ensiklopedia Istirhamia ini dapat dijadikan khazanah bagi kaum Istirhami untuk tidak sekadar merupakan acuan tapi juga sebagai 'tabung' yang dapat menampung masukan-masukan berharga bagi pertumbuhan dan perkembangan pemahaman Istirham itu sendiri.

    Kita berkeyakinan bahwa pada gilirannya, insya Allah, Istirham akan sampai ke orbitnya sendiri dan dengan cara serta karakternya sendiri pula. Orbit Istirhami, tentu hanya akan kita capai dengan sungguh-sungguh berjihad sekuat tenaga untuk menda'wahkan dan mensyi'arkan shalawat Istirhamiyah beserta kaifiyatnya, baik billisan atau dengan penyampaian verbal maupun bilhal atau dengan akhlak mulia.

    Menda'wahkan, mensy'iarkan maupun bertabligh Istirham billisan atau bilhal, sangat memerlukan ruang dan waktu yang luang dan luas. Akan tetapi keluangan dan keluasan itu sendiri sangat bergantung kepada keluangan dan keluasan hati seorang Istirhami
    Kita sama-sama berkeyakinan bahwa para da'i atau muballigh Istirham adalah mereka yang sungguh-sungguh sibuk dengan aktivitas masing-masing akan tetapi kita juga sama-sama berpegang teguh pada keyakinan bahwa mereka adalah orang-orang yang berhati jernih, sehingga dengan kejernihan hatinya itulah Istirham senantiasa mendapat tempat dan waktu yang cukup memadai untuk tersampaikan kepada publik.

    Sekali lagi kita sampaikan pujian hanya kepada Allah SWT yang telah menganugerahkan sahabat-sahabat terbaik yang mukhlis sebagai Imam-imam dan sekaligus Mujahid-mujahid Istirhami yang tidak pernah lelah berjuang, berjihad di jalan Allah SWT, jalan kebenaran yang lurus. Sebab melalui perjuangan mereka pulalah akan lahir Generasi Istirhami yang handal di masa datang.

    wassalam.
    Puncak, 9 Sya'ban 1422 /
    27 Oktober 2001

    Penyusun
    Dr. Boya Gaish Albaits &
    Ir. H. Abu Fajar Wicoro Jati, MBA

  • bagian 1

    Bismillahirrahmanirrahim

    - Istirham:
    Memohon rahmat Allah SWT dengan membaca, mewirid atau mendawam salah satu shalawat Ar Rahimiyyah atau al'Uzhma

    - Imam:
    Mereka yang mendawamkan dan sekaligus menda'wahkan Istirham secara terus menerus. Adapun pengertian mendawam bagi seorang Imam ialah membaca shalawat ini di malam-malam tertentu, utamanya malam Jumat dan malam 15 bulan Qamariah atau malam purnama, sedikitnya bersama 8 makmum

    - Makmum :
    Orang dewasa muslim-muslimah yang senantiasa mengikuti upacara Istirhami dengan tertib, antara lain mengenakan busana Istirhami.

    - Kaum Istirhami:
    Seluruh pembaca, pewirid, pendawam, penda'wah atau simpatisan Istirham termasuk kalangan non muslim-muslimah namun mentaati adat-istiadat Istirham.

    - Dawam Qalbi:
    Membaca Istirham secara terus menerus sepanjang waktu. Kalaupun
    sesekali terhenti karena satu dan lain sebab, kemudian dilanjutkan lagi. Mereka yang melakukan dawam qalbi, tidak lagi membaca Istirham di lidah akan tetapi Istirham itu sendiri sudah menjadi kumpulan getaran dalam hati. Menurut beberapa Istirhami yang pernah mengalami, getar hati itu dapat 'didengar' meskipun dalam keadaan tertidur. Sehingga, bila seorang Istirhami itu tertidur pulas sepanjang malam, maka saat terbangun dia dapat melanjutkan susunan Istirham secara tertib, menyambung yang 'didengar' dalam hatinya ketika tidur pulas.

    - Sorban:
    Salah satu ciri khas seorang Istirhami adalah mengenakan sorban hitam terbuat dari kain kasar. Sorban ini sangat dianjurkan untuk dikenakan pada setiap shalat dan Peringatan Hari Besar Istirhami. Anjuran ini didasarkan kepada keinginan Abi Bismillah agar kaum Istirhami memiliki ciri dan kebanggaan tersendiri. Kecirian dan kebanggaan itu akan menjadikan kaum ini terbedakan dari kaum lainnya di dunia.

    - Warna istirhami:
    Seluruh pakaian maupun aksesoris berwarna hitam. Pilihan warna
    ini, menurut para Imam, adalah lambang kerendahan hati, tawadhu' dan berserah diri atas segala perjuangan lahir maupun batin untuk memperoleh rahmat dan ridha Allah SWT. Namun Abi Bismillah pernah mengatakan bahwa beliau menyukai warna hitam Semata-mata karena Allah SWT yang telah menetapkan Kiblat kaum muslimin, Ka'bah, didominasi oleh warna hitam, mulai dari hajar aswad, dinding maupun kiswahnya. Warna ini oleh Abi Bismillah tidak lagi disebut sebagai 'warna hitam', tapi beliau mengganti sebutan itu menjadi 'warna Istirhami'.

    - Abi Bismillah:
    Penyusun dan penda'wah pertama Istirham, lahir di Jakarta, 12 Mei
    1955. Dikaruniai 2 puteri dan 2 putera : Alfi Safira, Ratu Bilquis, Bismillah Almischat dan Gaish Albaits. Putera kedua dari pasangan KH. Muhammad Radjiun dan R. Hj. Siti Maryam, Abi Bismillah dari jalur ayahanda adalah keturunan ke 12 dari Pangeran Samandi Kadilangu, kerabat Kesultanan Demak, Jawa Tengah, sementara dari jalur ibunda mengalir darah Parahyangan.

    - Bai'at:
    Janji yang diucapkan oleh seorang calon Imam Istirham untuk menyatakan kesungguhan dalam mengikatkan diri kepada al Quran, al Hadis dan Jihad.

    - Milad:
    Istilah milad mulai dikenal akrab oleh kaum Istirhami pada ulang tahun ke III Istirham di Majelis Markazi Jakarta, 18 Shafar 1422 bertepatan dengan 12 Mei 2001. Pada kesempatan itu juga ditetapkan bahwa Milad Istirhami di tahun-tahun berikutnya diperingati pada setiap tanggal 18 Shafar. Pada upacara ini, dimanfaatkan juga sebagai malam anugerah kepada kaum Istirhami yang berjasa mengembangkan Istirham serta pelaksanaan bai'at bagi Imam-imam baru.

    - I'tikaaf:
    Berdiam diri selama 3/9 hari berturut-turut di ruang I'tikaaf Majelis Madani yang berukuran 2x1 m2, dengan mengenakan busana hitam, shaum di siang hari, tidak berkata-kata dan senantiasa membaca shalawat Istirhamiah serta selalu dalam keadaan suci. Pada akhir I'tikaaf, mandi dengan mengenakan selimut kain berwarna hitam ; kain tersebut kemudian dijadikan beberapa helai sorban untuk dibagikan kepada kaum lstirhami yang memerlukan. Bagi yang mampu, usai menjalani I'tikaaf dianjurkan untuk menyembelih hewan yang setara dengan hewan kurban untuk disedekahkan kepada anak-anak yatim, fakir-miskin serta masyarakat di sekitar Majelis Madani.

    - Husnuzzhann:
    Berprasangka baik kepada Allah SWT dalam menghadapi dan
    memahami situasi yang tengah dihadapi. Sebagai contoh: ketika kita dihadapkan pada situasi dilematik dan sulit menentukan pilihan terbaik bila kita tidak lagi berkesempatan untuk melakukan shalat istikharah, I'tikaaf atau konsultasi ke pihak yang berkompeten, maka cara termudah untuk mengatasi situasi demikian ialah dengan Husnuzzhann bahwa Allah SWT akan memberi jalan keluar terbaik, meski indikasi penyelesaiannya terkesan kurang memuaskan hati. Ini, merupakan penegasan Allah SWT dalam Hadits Qudsi bahwa Dia berada pada perasangka hamba Nya.

    - Su-uzzhann:
    Berperasangka buruk, anonim dari Husnuzzhann. Memahami istilah ini, tidak hanya kepada Allah SWT akan tetapi juga hendaknya dihindari berperasangka buruk kepada sesama manusia, khususnya kepada sesama muslim dan utamanya kepada sesama Istirhami.

    - Hikam:
    Jama' atau plural, terambil dari lafaz hikmah yang mengandung pengertian 'hasil akhir yang baik', Dalam Istirham, hikam dimaksud ialah segala perbuatan kecil atau besar baik lahir maupun batin, selama dilakukan karena Allah SWT hampir dipastikan bermuatan hikam. Dan mereka yang memperoleh hikam, dipastikan memperoleh kebaikan yang tidak ternilai dari Nya. Sebagian kecil dari muatan hikam Istirham ialah: mimpi, pengobatan dan marhamah.

    - Tawashul:
    Diartikan sebagai akses ke wilayah spiritual, melalui para ulama, awliya dan anbiya yang termaktub dalam 9 susunan tawashul, mereka adalah : Rasulullah SAW, Malaikat Muqarrabun, Nabi Khidir AS, Syekh Abdil Qadir Jailani, Syekh Abil Hasan As-Syazili. Syeikhah Rabi'ah Adawiyah, Alhabib Husin Alaydrus, Imam Abdil Halim dan Abi Bismillah, Membaca tawashul kemudian menjadi syarat dalam mendawam Istirham, dibaca pada setiap kali akan memulai wiridan atau dawaman shalawat ini.

    - Tertib:
    Yang dimaksudkan dengan tertib ialah saat akan membaca, mewirid atau mendawam Istirham, seorang Istirhami sangat dianjurkan untuk melaksanakan tata-tertib berikut mengenakan busana hitam, berwudhu, shalat sunnah mutlak dua rakaat, bertawashul, membaca Istirham sekurang-kurangnya sejumlah 9 kali, diakhiri dengan pembacaan Doa Istirhami, dipimpin oleh seorang Imam. Sangat dianjurkan agar selama membaca Istirham, menghadap ke Kiblat. Usai membaca doa, Imam hendaknya berwasiat dengan merujuk pada surat al'Ashr. Anjuran lain dan merupakan kebiasaan yang diwariskan Abi Bismillah ialah mengakhiri wasiatnya dengan mengisahkan sejarah pertumbuhan dan perkembangan Istirham dari masa ke masa bersama para sahabat beliau.

    - Kontrogravitas:
    Paham yang ditanamkan Abi Bismillah kepada kaum Istirhami bahwa
    gaya tarik duniawi adalah merupakan himpunan keperluan-keperluan baik lahir maupun batin. Terhadap himpunan itu, seorang Istirhami agar menyikapinya dengan menjaga jarak atau hudud agar tidak terperangkap dan menjadikannya sebagai kebutuhan. Sementara keterkaitan seorang Istirhami kepada Allah SWT, Rasulullah SAW
    dan Jihad adalah merupakan kebutuhan.

    - Arrahimiyyah:
    Sebutan atau nama untuk 9 kalimat istirham. Arrahimiyyah lazimnya dianggap sebagai kunci untuk membuka tabir keluasan dan kehalusan shalawat ini. Sebab seluruh mata rantai lstirham tidak terputus dari roh ke 9 kalimat Arrahimiyyah.

    - Al`Uzhma:
    Sebutan atau nama untuk 99 kalimat Istirham. Al'Uzhma dianggap sebagai 'isi' dari Arrahimiyyah, kandungannya terdiri dari 9 kalimat Istirham disanding dengan 99 Asmaul Husna, Lazimnya, al'Uzhma merupakan dawaman para Imam, sebab untuk memulai pendawaman shalawat ini didahului dengan menjalani I'tikaaf di Majelis Madani serta merampungkan bacaan Arrahimiyyah sebanyak 9.999 kali dalam tempo 3-9 hari. Ketentuan lain yang disyaratkan bagi kaum Istirhami yang akan mendawam al'Uzhma, selain I'tikaaf, ialah diutamakan bagi mereka yang telah berkeluarga atau berkedudukan sebagai Shahibul Majelis.

    - Mimpi:
    Salah satu keutamaan Istirham bagi kaum Istirhami yaitu bermimpi. Mimpi dimaksud ialah: bertemu, bercakap-cakap atau sekadar melihat Abi Bismillah. Menurut mereka yang pernah mengalami, Abi Bismillah hadir dalam mimpi selalu mengenakan busana berwarna hitam. Kehadiran Abi Bismillah dalam mimpi, menurut mereka terkadang memberi nasihat, berwasiat atau sekadar menunjukkan kebaikan yang harus dilakukan. Apabila mimpinya terjadi pada seseorang yang tengah menjalani l'tikaaf dan tidak bertemu dengan Abi Bismillah, maka mimpi itu dapat diartikan sebagai petunjuk atas masalah yang tengah dihadapi oleh orang yang sedang menjalani I'tikaaf.

    - Pengobatan Istirhami:
    Sementara orang berkeyakinan bahwa Abi Bismillah adalah
    seorang ahli pengobatan. Keyakinan itu terbukti dengan berduyunnya pasien dari waktu ke waktu ke Majelis beliau, baik di Markazi maupun di Madani. Sesungguhnya keyakinan itu tidak sepenuhnya benar. Sebab kepada siapapun yang menemui beliau hanya diberi air putih dan sedikit garam. Atau terkadang, cukup dengan sedikit sentuhan jemarinya saja sudah dapat menjadi penawar keluhan tamunya. Yang insya Allah benar ialah Abi Bismillah dengan puluhan ribu kaumnya yang senantiasa menggemakan Istirham dari waktu ke waktu, sudah dapat menghangatkan beliau dengan lapisan selimut shalawat itu sendiri, Sehingga bila digambarkan bahwa sekujur tubuh Abi Bismillah terlapisi oleh istirham, maka sesungguhnya 'obat' yang dialirkan ke tubuh pasiennya bukanlah air putih, garam atau sentuhan magisnya, akan tetapi bias rahmat Allah SWT melalui puluhan ribu kaum Istirhami itulah yang berperan. Itu bukan monopoli Abi Bismillah. Seluruh kaum Istirhami insya Allah juga dapat melakukan hal serupa, karena mereka juga berada dalam ring lstirham yang sama.

    - Marhamah:
    Dari satu pemahaman, marhamah adalah salah satu hikam yang
    terkandung dalam Istirham, di mana rasa saling mengasih dan saling menyayang antar kaum Istirhami tidak luntur oleh uluran waktu serta takkan lekang oleh kekangan situasi. Namun dari pemahaman lain, menurut Abi Bismiliah, marhamah merupakan roh sufistik yang mewarnai seluruh perilaku kaum Istirhami. Hal itu, bukan sekadar
    pandangan atau anjuran Abi Bismillah tapi merupakan karakter beliau yang terbangun oleh kekuatan Istirham, hingga melahirkan perilaku marhamah dimaksud.

    - RISE:
    Reformation of the Istirhamic Sophism Ethics atau Reformasi Etika Sufisme Istirhami. Reformasi ini sesungguhnya wujud dari syiar, da'wah, tabligh atau sosialisasi Istirham secara aktual dan dinamis. Bentuk konkret dari reformasi dimaksud yaitu: terbentuknya masyarakat madani yang marhamah, masyarakat yang berpandangan jauh ke depan namun tetap peduli dan konsisten pada alur pikiran, sikapan dan tindakan keagamaan yang kuat serta mempraktekkan etika kerendahan hati kaum sufi.

    - PASAR:
    Singkatan dari Profesi, Aliran, Suku, Agama dan Ras. Singkatan ini terlahir dari kenyataan heterogenitasnya para tamu, pasien atau keluarga besar lstirham yang terdiri atas perbedaan profesi, aliran, suku, agama dan ras, namun mereka disatukan dalam kepentingan bersama dan adat istiadat lstirhami yang sama.

    - Jihad lstirhami:
    Jihad dimaksud ialah berjuang mengendalikan diri dari perangkap hawa nafsu yang bersifat duniawi. Kalaupun di kalangan kaum lstirhami tampak usaha gigih dengan bekerja keras, sungguh-sungguh berambisi mencapai tujuan yang diinginkan, itu tidak keluar dari ikatan syariat Islamiyah serta koridor lstirhami. Artinya: segala usaha yang ingin dicapai semata-mata karena mengharap rahmat Allah SWT.

    - Adat lstiadat:
    Tradisi atau kebiasaan yang berlaku di tengah-tengah kaum lstirhami. Tradisi-tradisi dimaksud terjadi disebabkan oleh 3 faktor : Pandangan, sikapan dan keputusan Abi Bismillah, amal shalih kaum lstirhami yang diprakarsai uleh kaum itu sendiri dan budaya lokal-domestik yang tidak merusak akidah lslamiyah.

  • bagian 2

    - Majelis:
    Bersama Ir. Bambang Prasetyo, Abi Bismillah mendirikan Majelis di kawasan Megapolitan Jakarta Kota. Semula, Majelis yang berukuran 215 m2 ini dijadikan tempat berbagai urusan ummat, baik yang bersifat konsultatif, terapi maupun aktivitas spiritual lainnya. Pada perkembangan berikutnya, Ir. Budi Supraptono, Ir. Nazief Siddik, Ir. Bambang Prasetyo, H. Mustafid Karim dan H. Syamsul Ghazi Kailani melakukan terobosan dengan prakarsa pembentukan Dewan Ekonomi Majelis. Seiring dengan bertumbuh dan berkembangnya lstirham baik di beberapa propinsi Indonesia serta di mancanegara, maka kedudukan Majelis yang semula dikenal sebagai Majelis KH. Abdurrahim Radjiun ditingkatkan menjadi Majelis Markazi lstirhami.

    - Markazi:
    Majelis ini merupakan institusi lstirhami tertinggi dalam struktur organisasi lstirham. Kepemimpinannya terdiri dari 1 Imam + 8 makmum, masing-masing mewakili 8 Majelis Manthiqi.

    - Majelis Manthiqi:
    Majelis ini merupakan institusi lstirhami di tingkat Propinsi. Kepemimpinannya terdiri dari 1 Imam + 8 makmum, masing-masing mewakili 8 Majelis Madani.

    - Majelis Madani:
    Majelis ini merupakan institusi lstirhami di tingkat Kabupaten-Kotamadya. Kepemimpinannya terdiri dari 1 Imam + 8 makmum, masing-masing mewakili 8 Majelis Qoumi.

    - Majelis Qoumi :
    Majelis ini merupakan institusi Istirhami di tingkat Kecamatan. Kepemimpinannya terdiri dari 1 Imam + 8 makmum, masing-masing mewakili 8 Majelis Quro.

    - Majelis Quro:
    Majelis ini merupakan institusi Istirhami di tingkat Desa. Kepemimpinannya terdiri dari 1 Imam + 8 makmum, masing-masing mewakili 8 Majelis Ahli.

    - Majelis Ahli :
    Majelis ini merupakan institusi Istirhami di tingkat Dusun-Rukun Warga. Kepemimpinannya terdiri dari 1 Imam + 8 makmum, masing-masing mewakili 8 Majelis ‘Aili.

    - Majelis 'Aili:
    Majelis ini merupakan institusi Istirhami di tingkat Rukun Tetangga. Kepemimpinan majelis ini terdiri dari 1 Imam + 8 makmum, masing-masing mewakili 8 Kepala Keluarga.

    - Majelis Usri:
    Majelis ini merupakan lingkar dalam Istirham, dipimpin langsung oleh kepala rumah tangga. Makmum pada majelis ini iaIah seluruh anggota keluarga termasuk para pembantu, sopir, tukang kebun atau petugas satuan pengaman.

    - Majelis Idari:
    Majelis ini merupakan institusi Istirhami di tingkat Instansi, baik Pemerintah maupun swasta, Organisasi profesi, Badan Usaha Milik Negara, Kedutaan Besar, Konsulat Jenderal atau Konsulat Republik Indonesia di luar negeri serta Kedutaan besar, Konsulat Jenderal atau Konsulat negara sahabat di Indonesia. Kepemimpinan di Majelis ini dipegang oleh pejabat tertinggi pada instansi tersebut didampingi 8 makmum yang ditunjuk oleh Imam.

    - Majelis Sya'bi:
    Majelis ini merupakan institusi Istirhami di mancanegara, kedudukannya setingkat Majelis Manthiqi. Kepemimpinannya terdiri dari 1 Imam + 8 makmum yang dipilih secara musyawarah.

    - Darjah Imamah:
    Upacara Anugerah Kemuliaan dengan memberi gelar keimaman kepada orang yang dianggap berjasa dalam mengembangkan lstirham. Untuk pertama kalinya, gelar ini di berikan kepada 9 orang, masing-masing : al Imam H. Sudibyo Saleh,SH.,MH.; al Imam KH. Nur Ali Achmad, al Imam Ir. H. budi Supraptono,MBA., al Imam lr. Nazief Siddik, MBA., al Imam Deden, al Imam Mahsan Thabrani, al Imam H. Mustafid Karim, al Imam Achmad G. Kanyomal dan al Imam Zaini.

    - Illat:
    lafaz ini secara umum diartikan sebagai 'cacat'. Dalam kaitannya dengan Istirham, Illat dimaksud ialah : ucapan atau perbuatan yang mengindikasikan pengabaian atau bahkan pengingkaran atas kebijakan Majelis Markazi, maka kepada yang bersangkutan dikenakan sanksi menjalani I'tikaaf selama 3 hari berturut-turut dengan bershaum di siang hari dan membayar kaffaarah.

    - Kaffaarah:
    Dalam muamalah lstirhamiyah, istilah kaffaarah ialah bersedekah dengan memberi makan kepada 9 anak yatim atau fakir-miskin ; kaffaarah ini dikenakan sebagai sanksi bagi seorang Imam yang terkena illat atau cacat, Bagi yang tidak mampu bersedekah dalam bentuk makanan yang mengenyangkan, dapat diganti dengan bersedekah air putih kepada 9 orang yang sedang sakit. Kepada yang mampu, kesempurnaan membayar kaffaarah dengan menyembelih seekor hewan yang setara dengan syarat hewan untuk kurban.

    - Shalli:
    Shalawat atau doa. Lafaz ini terdapat pada bait pertama Istirham. Mereka yang bershalawat kepada Rasulullah SAW sekali, akan mendapat imbalan shalawat dari Allah SWTsebanyak sepuluh kali lipat.

    - Sallim :
    Selamatkanlah, Lafaz ini terdapat pada bait kedua lstirham. Secara umum, keselamatan dimaksud ialah keselamatan duniawi : fisik-material dan mental-spiritual, meliputi harta benda, profesi dan karir, hubungan antar individu serta keselamatan dalam arti seluas-luasnya. Tapi dalam pengertian khusus, keselamatan dimaksud ialah keselamatan lmani-lslami, keselamatan ukhrawi meliputi alam barzakh, padang mahsyar, mizan dan shirathal mustaqim. Pada akhirnya keselamatan itu sesungguhnya mewakili kerinduan seorang lstirhami untuk berkumpul bersama Rasulullah SAW di sorga.

    - Baarik:
    Berkahilah. Lafaz ini terdapat pada bait ketiga lstirham. Ukuran keberkahan yang dimaksud pada lafaz baarik tidak menggunakan takaran keduniaan dan bersifat materialistik. Keberkahan yarg ingin diraih melalui lafaz ini ialah kedekatan kepada lingkaran rahmat Allah SWT. Sehingga apapun kenyataan hidup yang dihadapi semata-mata lillahi ta'ala, karena Allah SWT.

    - Akrim:
    Muliakanlah. Yang dimaksud bukanlah sanjungan manusia atau kedudukan terhormat. Kemuliaan yang diharapkan ialah Kemuliaan lstirhami, yaitu dimuliakan oleh rahmat Allah SWT. Sebagai contoh : hingga saat ini, makam para awliya masih saja dipadati oleh para peziarah. Mereka memuliakan para awliya, padahal wali-wali itu telah wafat ratusan tahun ; kemuliaan demikian itulah yang jelas lebih kekal.

    - Ahsin:
    Baikkanlah. Dari lafaz ini kita berharap akan memperoleh segala bentuk kebaikan dari Allah SWT, baik duniawi maupun ukhrawi.

    - Unshur:
    Tolonglah. Keinginan dan harapan seorang lstirhami untuk mendapat pertolongan hanya dari Allah SWT. Tidak dari apapun dan dari siapapun. Kendati dalam keadaan sulit, seseorang mengulurkan tangan bantuannya untuk menolong, maka yakinlah bahwa sesungguhnya pertolongan itu dipastikan dari Allah SWT, hanya saja tersalur melalui tangan makhlukNya.

    - Nawwir:
    Cerahkanlah. Lafaz ini terdapat pada bait ketujuh lstirham. Kecerahan dimaksud pada lafaz ini ialah kecerahan yang disebabkan oleh nurullah, bias cahaya Allah SWT. Karena apabila mata kita dapat menangkap setitik sinar atau cahaya apapun di langit maupun di bumi, maka pada hakekatnya cahaya itu hanya merupakan titik cahaya Allah SWT, Adapun cahaya yang kita lihat di paberik, jalan raya, gedung, rumah dan lainnya, itu adalah cahaya Allah SWT yang 'dititipkan' Nya ke dalam akal-pikiran manusia.

    - Ighfir:
    Ampunilah. Lafaz ini tersisip di antara 9 bait shalawat lstirhamiyah, diharapkan dapat menjadi stimulator, perangsang bagi seorang lstirhami untuk memohon ampunan dari Allah SWT atas segala dosa besar atau kecil, baik disengaja maupun tidak.
    Abi Bismillah pernah mengatakan bahwa seseorang yang berbuat dosa tapi mengakui kekhilafannya dan memohon ampun kepada Allah SWT, lebih baik dan orang yang tidak berbuat dosa namun merasa dirinya bersih dan tidak berkeinginan untuk istighfar.

    - lrdha:
    Ridhailah, relakanlah, restuilah. Lafaz ini merupakan puncak dari kerinduan seorang lstirhami kepada Allah SWT, Rasulullah SAW dan Jihad. ltu, sama artinya bahwa seorang lstirhami berharap dan tidak akan pernah lelah merindukan agar seluruh amal-ibadahnya senantiasa dalam selimut keridhaan Allah SWT. Namun satu hal yang perlu dipahami bahwa ketika kita berharap memperoleh keridhaan Allah SWT atas perbuatan kita, maka pada waktu yang bersamaan hendaknya kita juga ridha atas segala keputusan Allah SWT atas diri kita.

    - lrham:
    Rahmatilah. Lafaz ini tersisip pada semua bait lstirham, baik Arrahimiyah, al ‘Uzhma' maupun Doa Istirhami, masing-masing terbaca warham, dikarenakan terdapat waw‘athaf huruf sambung yang berarti: dan

    - Garda lstirhamia:
    Pengertiannya mendekati lstirhamic Custodian [I.C] namun dalam arti fungsional, keduanya memiliki karakter dan standar operasional yang berbeda. IC lebih dititik beratkan pada layanan sosial-seremonial, sementara Garda lstirhamia [Garist] cenderung difungsikan sebagai satuan elit lstirhami dalam menegakkan disiplin, pembentukan karakter kaum lstirhami ke arah yang posisitf-konstruktif seperti pembentukan satuan beladiri, penyelenggaraan pelatihan fisik dsb. Garist juga diperankan secara eksplisit untuk melaksanakan fungsi-fungsi supervisi, investigasi dan motivasi antar kaum lstirham.

    - Silaturrahmi lstirhami:
    Secara umum, silaturrahmi diartikan sebagai sambung kasih dengan cara saling kunjung, saling berkomunikasi melalui surat, telepon atau setidaknya menitip salam. Sedangkan Silaturrahmi lstirhami memiliki cara khas yang teramat indah, yaitu dengan berkirim hadiah al Fatihah dan membacakan lstirham, ditujukan kepada orang yang dirindukan atau sekadar menunjukkan rasa kasih-sayang serta sikap hormat yang tulus kepada seseorang. Hal ini terjadi dari waktu ke waktu di antara ribuan kaum lstirhami di seluruh dunia. Tata cara yang ditetapkan dalam bersilaturrahmi lstirhami yaitu ; antar lstirhami, saling berkirim al Fatihah dengan menyebut nama-nama yang dihadiahkan ; dan bila al fatihah itu ingin dihadiahkan kepada salah seorang Imam, hendaknya sapaan untuk nama yang bersangkutan dilengkapi dengan sebutan : al Imam. Hal serupa juga berlaku bagi segenap anggota keluarga yang ingin bersilaturrahmi terhadap kepala keluarganya, akan lebih santun dengan menyebutkan : al lmam di depan nama yang bersangkutan. lni merupakan Tabligh lstirhami atau Da'wah lstirhamiyah secara langsung dan efektif.

    - Cahaya:
    Mereka yang pemah menjalani I‘tikaaf, hampir semuanya terlena oleh buaian cahaya kemilau melintas di hadapannya, dengan segala bentuk, ukuran dan aneka warnanya. Kaum lstirhami senantiasa husnuzzhann bahwa cahaya dimaksud adalah bias dan rahmat Allah SWT yang akan mengantar seorang lstirhami kepada kehidupan yang lebih baik di kemudian hari. Bahkan pernah terjadi, di ruang kecil tempat I'tikaaf itu, dipadati oleh 5 orang. Saat mereka tengah khusyu' membaca Istirham dalam kegelapan, tiba-tiba ruang itu terang benderang sehingga batu-batu kerikilpun tampak jelas. Itu terjadi hanya beberapa menit saja. Hal serupa juga pernah dialami oleh al Imam Nur Ali Achmad Dasuki, ketika ziarah di makam Rasulullah SAW, sambil membaca lstirham ; dan dalam ruang makam, beliau melihat cahaya terang yang tidak tampak oleh orang lain. Al Imam Syamsuddin juga mengalami hal yang sama, saat membaca lstirham di masjid Mohammad Bolkiah, Bandar Seri Begawan, Brunei Darussalam : melihat cahaya yang sangat cemerlang sebesar kelereng, bergerak lamban di hadapannya selama beberapa detik.

    - Ra-yul'Ain :
    Melihat dengan mata-kepala. lni dialami oleh beberapa lstirhami. Ivan, kemenakan al Imam Nazief'Shiddik, sering 'dikunjungi' oleh Abi Bismillah, dalam keadaan sadar. Nasir,juga menyimpan kisah yang unik : setiap menjelang shalat, selalu saja nampak seseorang yang tidak dikenalnya, mengenakan sorban dan busana serba hitam. Baru beberapa pekan kemudian, atas petunjuk gurunya, Nasir singgah di Majelis Markazi lstirhami dan melihat gambar berukuran besar Abi Bismillah, Nasir terkejut dan berkeyakinan bahwa yang mendatanginya selama ini adalah Abi Bismillah. H. Asikin, menyimpan cerita yang lebih unik lagi. Suatu hari Jumat, menemui Abi Bismillah di