Istirhami / Turats

Turats 64 s/d 72

Kemuliaan atau kehinaan
tidak ditentukan oleh kelebihan atau
kekurangan harta. Ada yang dimuliakan
karena kekayaannya, ada juga yang dihinakan
karenanya. Ada yang dimuliakan karena kemiskinannya, ada juga yang dihinakan
karenanya. Waspadalah : kemuliaan tidak lebih mulia dari kehinaan, selama kemuliaan
itu dicapai dengan cara terhina ; dan ‘kehinaan' tidak lebih hina dari kemuliaan selama
'kehinaan' itu ditempuh dengan cara termulia. Ketahuilah bahwa kemuliaan atau
kemiskinan dapat terukur melalui ruang kecil
dalam hati yaitu : fuad; karenafuad
yang cerah akan menempatkan
seseorang pada derajat
kemuliaan, baik kaya
maupun miskin,
sementara fuad yang redup akan menempatkan
seseorang pada derajat kehinaan, baik kaya
maupun miskin. Maka harapkanlah
untuk termuliakan dan terkayakan
hanya karena ruang kecil itu
telah tercerahkan oleh
kandungan ke 7
al Istirhamiah
ar Rahimiah :
Alluhumma
Nawwir
Warham
[Turats :64]

Puncak dari perasaan takut
adalah kematian. Padahal:
mereka yang lari mendekat pada kematian, akan mati.
Mereka yang lari menjauh dari kematian, akan mati.
Mereka yang meragukan kematian, akan mati.
Mereka yang meyakinkan kematian, akan mati.
Aku, para Imam dan seluruh kaum Istirhami akan mati,
baik dengan cara mendekatkan, menjauhkan, meragukan atau meyakinkannya.
Kematian adalah bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan dan
kematian adalah jarak terdekat untuk dapat memahami
perbedaan antara ketuhanan dan kehambaan.
Ucapkan 'selamat datang‘ pada kematian,
kapanpun waktunya Iidah menyuarakan
ucapan itu, bersama rahmat Allah SWT.
[Turats : 65]

Saya berwasiat
kepada kaum Istirhami agar
ketika berada dihari-hari nahar:
Jadikanlah hari-hari itu untuk membangun semangat berkorban.
Bagi yang mampu, sembelihlah hewan korban yang baik,
Bagi yang belum mampu, sembelihlah seekor ayam atau sekedar
membagi-bagikan telurnya,
sebagai sedekah dan berbagi kebahagiaan
kepada kaum dhuafa terdekat.
Ketahuilah bahwa bersedekah di hari berkorban, merupakan doa
agar dapat menyembelih hewan korban yang sesungguhnya,
di tahun-tahun mendatang.
[Turats : 66]

Aku
memahami
sebuah musibah
dari dua sisi : pertama,
bila musibah itu disebabkan
oleh kesalahanku, maka musibah
yang kutanggung merupakan teguran
dari langit agar aku lebih berhati-hati menghindari
musibah di akhirat kelak. Kedua, bila musibah itu terjadi
tanpa diawali oleh kesalahanku, maka hal itu kuyakini bahwa
Allah SWT berkehendak untuk memberi sesuatu yang lebih baik. Kuingatkan
kaum Istirhami agar tidak melihat suatu musibah sebagai ‘siksaan' tapi jadikanlah
untuk mengukur kejauhan atau kedekatan jiwa kita dari rahmat Allah SWT.
[Turats : 67]

Aku dawamkan membaca al Quran,
langsung sehabis shalat fardhu dengan bacaan tartil
kecuali pada malam Jumat sampai hari Jumat petang. Aku lazim
membaca surat-surat : Yasin, al Kahfi, al Mulk, al Waqi'ah dan
ar Rahman. Bila tidak membaca Al Quran seharian, aku khawatir di akhirat,
ada hari-hari gelap dan sepi yang menakutkan, tanpa ditemani cahaya dan kehangatan
Kitab suci itu. Ketahuilah bahwa satu hari akhirat, sama dengan seribu tahun di dunia;
dan aku tidak pernah berandai-andai untuk berani menghadapi kegelapan dan kesunyian
di akhirat kelak, walau cuma sehari saja.
Karenanya aku berusaha sekuat tenaga
untuk hidup-mati bersama al Quran
sebagai muara rahmat
dunia dan akhirat
[Turats :68]

97.5 %
dari waktu, tenaga,
pikiran serta seluruh milikku,
telah kusedekahkan untuk Islam dan muslimin; sisanya
kunikmati sendiri. Majelis-majelisku terbuka siang-malam bagi siapa
saja yang mengharap rahmat Allah SWT, menginginkan kehidupan akherat dan
berzikir sebanyak-banyaknya. Kecuali pembaringanku yang berbentuk makam dan
terbuat dari susunan bata merah, berukuran 2 x 1 meter; dari batu keras tempatku
menggeletakkan kepala itu, aku berjalan menjenguk kaumku dengan doa-doa indah, dari
atas batu keras itu kusapa kaumku dengan nyanyian hati yang bening, dan dari atas batu
keras itu juga kuendapkan berjuta hasrat Istirhami dalam serat-serat halus sarafku. Dan
aku melayang diterbangkan oleh kehangatan selimut rahmat Allah SWT dengan bekal
2.5 %.
[Turats :69]

Aku membiasakan shalat 5 waktu
dengan membaca surat-surat yang tetap :
Shubuh : ad Dhuha dan al Insyirah
Agar selalu tahadduts dan berlapang dada
Zhuhur : al‘Falaq dan an Naas
Agar terlindungi dari kejahatan was-was dalam dada
Ashar : al'Ashr dan al Kautsar
Agar selalu beramal saleh, bersabar dan bersemangat berkorban
Maghrib : al Kafirun dan al Ikhlash
Agar menjadi penyegar aqidah dan pemantap tauhid
lsya‘ : Quraisy dan an Nashr
Agar terlindungi dari kelaparan dan ketakutan
[Turats : 70]

Di
sepanjang
hari-hari Ramadhan
aku membaca al Qur'an sama
seperti membacanya pada hari-hari biasa.
Dibaca tartil, dan tidak dipaksakan agar khatam
selama bulan suci itu. Selama membacanya aku berusaha
memahami arti hikamnya, ayat demi ayat. Demikianlah aku pahami
tadarrus, bukan sekedar membaca tapi juga mengkaji. Kepada kaum
Istirhami kuingatkan agar tidak terburu-buru mengejar khatam membaca
Kalamullah di setiap Ramadhan, bila kemudian akan membiarkan Kalamullah
itu tidak disentuh lagi hingga bulan suci berikutnya. lmanilah, bahwa dengan al Quran,
keluhmu tidak hanya akan terobati, tapi al Qur'an juga akan meredam kesahmu,
[Turats :71]

Dalam melaksanakan shalat tarawih atau qiyamullail,
aku bermakmum kepada Imam yang melaksanakan shalat itu,
baik 20 rakaat maupun 8 rakaat yang masing-masing ditambah dengan shalat witir
dan bila aku mengimami shalat itu, maka kulakukan sejumlah 8 rakaat dimulai dari surat
at Takatsur hingga surat al Kafirun, sedangkan shalat witir 3 rakaat,
masing-masing dua rakaat pertama membaca surat al Kautsar dan surat
Alkafirun, sedang satu rakaat terakhir membaca sekaligus 3 surat:
al Ikhlas, al Falaq dan an Naas
itu kumaksudkan agar terhindar
dari masalah khilafiah atau perbedaan pandangan
dan acuan, yang sering menjebak ummat
dalam perseteruan berkepanjangan. Aku tidak pernah bermimpi
untuk meninggalkan luka hati akibat perseteruan sia-sia tersebut
di tengah kaum ini, setelah aku wafat. Kaum Istirhami adalah
kaum wasath, penengah untuk menjadi saksi
dari berbagai kepentingan ummat manusia.
[Turats :72]