Istirhami / Turats

Turats 73 s/d 81

Aku selalu membaca Doa Istirhami
menjelang tidur dan membaca
doa yang sama, saat terjaga. itu kulakukan
dengan harapan agar sepanjang tidurku dihangatkan oleh
rahmat Allah SWT, dan ketika terbangun,
aku ingin mengawali kehidupan dengan bersilaturahim
kepada Rasulullah SAW, para Imam Istirham
dan segenap kaum Istirhami
melalui doa itu.
[Turats :73]

Ketika sedang tidur pulas,
Koey bin Siraj terbangun oleh dering telepon
dari Syamsudin, Imam Istirham di Brunei Darussalam.
ltu terjadi sekitar pukul O3 dinihari. Kepada Koey,
Syamsudin menanyakan : apakah Abi Bismillah
sudah kembali ke majelis. Koey bilanjg bahwa Abi Bismillah
berada di majelis sepanjang malam, tidak pergi kemana-mana.
Menurut Imam itu, barusan Abi Bismillah datang menengok
keluarganya di Brunei; karena memang isteri Syamsudin
sedang sakit. Koey kembali menegaskan bahwa
Abi Bismillah ada di dalam kamar, sedang istirahat,
Setelah mendengar penjelasan Koey,
Syamsudin hanya mengucapkan:
Syukurlah kalau beliau sudah kembali
Mereka terperangkap situasi yang membingungkan,
dan masing-masing bersikukuh dengan keyakinan yang sama:
Al Imam Syamsuddin mengatakan'ainul yaqin' Abi Bismillah baru
beberapa menit keluar dari rumahnya, di Brunei, dan beliau akan langsung
kembali ke majelisnya di Jakarta ; sementara Koey juga bilang 'ainul yaqin' bahwa
Abi Bismillah tampak di depan hidungnya,
sedang tidur, karena lelah menerima tamu-tamu sepanjang malam.
Dari peristiwa itu, ada satu hal yang mereka lupakan bahwa sebagai
Rabbul ‘alamin, Allah SWT menata seluruh alam semesta
dengan sempurna, termasuk kesempurnaan Nya
menghadirkan dua sosok Abi Bismillah
di dua negara. Allahu Akbar
[Turats : 74]

Didamgingi
al Imam Ir. Bambang Prasetyo
kuwariskan 4 kalimat Istirhamiah:
Allahumma Shalli, Allahumma Sallim,
Allahumma Baa'rik dan Allahumma Akrim
di waktu fajar kepada 4 santri, masing-masing:
Shadig, Achmad Gobel, Sachar dan Mahsan Thabrani,
di teras masjid at Taqwa, Kebon Duaratus, Cengkareng, Jakarta Barat.
5 kalimat lainnya: Ahsin, Unshur, Nawwir, Ighfir dan Irdha kuturunkan kepada 5
santri di kediamanku, Vila Taman bandara, Tangerang. Ketika itu, berduyun-duyun
masyarakat pesisir mempelajari dan mengamalkan Istirham. Salah seorang
Istirhami, Yasa, mengamalkan shalawat itu sambil berharap agar isterinya
dapat hamil. Atas rahmat Allah SWT, isteri Yasa hamil dan melahirkan
bayi yang kemudian kuberi nama Siti Istirhamiah.
Sebelumnya, nama yang sama kuberikan
kepada puteri seorang Istirhami, Marullah.
Atas ayat-ayat rahmat Allah SWT itu,
aku bersumpah : Demi yang jiwaku
dalam genggaman Nya, Istirham
tidak disusun untuk tujuan
pengobatan apapun,
namun bila ternyata
shalawat ini dapat
dijadikan washilah
penyembuhan, maka itu adalah
rahmat Allah SWT dan merupakan
karamah shalawat ini, yang dapat disaksikan
oleh mata ummat manusia dengan nyata.
[Turats : 75]

Seorang
Istirhami
hendaknya
menjadi Imam bagi
seluruh anggota keluarganya
dan seorang Istirhamiat hendaknya dapat
menjadi imamah bagi anak-anak, pembantu dan mereka
yang berada di rumah, ketika suaminya sedang bepergian ; dan salah
seorang anak hendaknya terlatih untuk mengambil alih imamah
dalam rumah tangga, saat kedua orang tua mereka tidak berada di rumah.
Seorang pembantu rumah tanggapun hendaknya dipersiapkan untuk menjadi Imam
bagi harta majikan ketika tidak seorangpun berada di rumah;
keimanan mereka cukup dengan saling mengingatkan
untuk menghiasi rumah kediaman dengan Istirham.
ltulah rumah indah, rumah yang terhiasi shalawat,
keselamatan, keberkahan, kemuliaan,
kebaikan, pertolongan, kecerahan,
keampunan dan keridhaan.
[Turats : 76]

Tidak ada amalan khafifan
[pekerjaan ringan] yang sangat
bernilai bagi pasangan pengantin baru
kecuali sebelum 'rehat’ di malam pertama,
mereka sempatkan membaca Istirham
kemudian diakhiri dengan membaca doa Istirhami;
karena di malam rahmah itu, mereka akan menanam
sebatang pohon kebaikan di atas lahan kebaikan pula;
dan kedua Istirham yang mereka baca ialah untuk memagari
kedua kebaikan itu, sedangkan doa Istirhami yang mereka baca ialah
untuk menyelimuti janin selama 9 bulan di alam rahim. Ketahuilah:
Rasulullah SAW bersabda bahwa Allah SWT menciptakan manusia dalam
kandung ibunya selama 3 x 40 hari dan 40 malam, mulai dari setitik air lalu menjadi
segumpal darah, hingga berbentuk segumpal daging ; sehingga pada hari ke 120, Allah
SWT mengutus malaikat untuk meniupkan roh ke dalam rahim atas izin Nya,
kemudian diperintahkan menuliskan 4 perkara : rizkinya, ajalnya,
pekerjaannya dan suka-dukanya. Sedangkan untuk memberi pupuk
marhamah kepada janin, hendaklah ibu jabang bayi itu
tidak putus untuk membaca shalawat Istirhamiah
sejak usia kehamilan 7 bulan
sampai hari persalinan.
[Turats : 77]

Seorang Istirhamiat yang sedang menghadapi detik-detik persalinan, selain bertasbih
dengan mengucapkan'Subhanallah‘ maka diutamakan membaca Istirham
berulang-ulang sampai melahirkan ; dan saat mendengar tangis pertama
bayinya, seorang ibu hendaklah segera membaca doa Istirhami
sampai ayahnya membisikkan adzan dan qomat di kanan-kiri
telinganya. Ingatlah, bahwa alam tempat janin bersemayam
selama 9 bulan, disebut sebagai alam rahim atau alam rahmat.
Maka selain mengingat dan mensucikan Allah SWT, Istirham adalah
lafadz terbaik yang layak diucapkan untuk mengiringi kehadiran bayi suci itu.
[Turats : 78]

Keutamaan seorang Imam dibanding dengan kaumnya ialah seperti keutamaan cahaya
malam purnama atas malam-malam lainnya ; maka jadilah seorang Imam walau
hanya dengan mengajarkan shalawat ini kepada anak kecil, pembantu
rumah tangga atau teman dalam perjalanan. Ketahuilah ; aku akan
bangga mendengar pembicaraan dari seorang Istirhami,
yang tersita waktunya dengan mengajarkan
Istirham di tengah-tengah
kesibukannya.
[Turats : 79]

Kaum Istirhami yang ingin mengais rizki yang halal, berkah dan terbungkus rahmah,
bersikap santunlah kepada Imam terdekatnya, walau hanya dengan sebutir gabah;
karena para Imam itu Iebih banyak mendoakan makmumnya daripada mendoakan
keluarganya sendiri ; dan para Imam Iebih banyak didoakan makmumnya dari pada
didoakan anak-isterinya ; para Imam adalah tempat terkumpulnya
arus rahmah dari langit dan dari bumi ; insya Allah, dari mereka
akan diperoleh doa-doa terbaik, karena mereka berdoa kepada
Allah SWT siang-malam, untuk kaum dan makmumnya
tanpa diminta dan tidak perlu diharap-harap.
Mereka berdoa di tengah malam, saat
makmum dan kaumnya tertidur pulas.
Mereka memohonkan segala bentuk
kebaikan untuk makmum dan
kaumnya, ketika mereka lengah
dan tidak sadarkan diri. Para
Imam adalah mereka yang
berusaha untuk mewarisi
akhlak para Anbiya yang
menempatkan kepentingan
kaumnya Iebih dari keluarga
dan dirinya sendiri.
[Turats : 80]

Silaturrahim
tercepat dari seorang makmum
kepada seorang Imam atau sebaliknya,
ialah dengan bacaan al Fatihah dan Istirham;
karena antara Silaturrahim
dan Istirham terdapat kesenyawaan.
Keduanya berasal dari
akar kata dengan pengertian
yang sama : rahmah
[Turats : 81]