Istirhami / Turats

Turats 82 s/d 90

Hari
Jumat sore,
Asikin dan isterinya menemuiku
di Majelis, untuk berpamitan akan berangkat menunaikan
ibadah hajji tahun 1421 Hijriah. Kepadanya kutitipkan
sebaris kalimat untuk dibacanya
setiba di tanah suci, Mekkah
disertai 'titipan salam' untuk
baginda Rasulullah SAW,
segera setelah tiba di maqam beliau di Madinah. Keesokan harinya,
sabtu, saat berada di tanah suci, konon Asikin melihat 'aku'
sedang memimpin rombongan di salah satu sudut Ka'bah;
Rombongan itu terdiri dari sejumlah orang berkulit putih,
bersih, mengenakan pakaian ihram.
'Aku‘ menurut Asikin, ketika itu sedang thawaf,
dan dengan suara lantang membaca doa
yang justru sedang dibaca Asikin. Hal itu
diceritakan oleh Asikin di hadapan
sejumlah tamu di majelisku,
sepulang dari tanah suci.
Kukatakan bahwa
pada hari yang sama,
aku ditemani Koey
berada di majelis, tidak ke manapun.
Dan aku bersaksi bahwa dengan
kekuasaan Nya, Allah SWT hanya dengan
perintah 'kun 'dapat menciptakan
atau menyerupakan orang lain dengan
wajahku menjadi sebanyak yang
diinginkan di sebanyak tempat
yang ditentukan Nya pula.
[Turats : 82]

Dua
Imam Markazi:
KH. Nur Ali Achmad Dasuki
dan Abu Fajar Wicoro Jati
menunaikan ibadah haji bersama pada tahun 1419 hijriah. Kepada kedua
Imam itu, kutitipkan dua potong kalimat dalam bahasa Arab: lafaz
'Cahayamu', kuberikan kepada al Imam Nur Ali dan lafaz
'wajahmu' kutitipkan kepada Al Imam Abu Fajar. Sekembali dari
tanah suci, Al Imam Nur Ali menceritakan bahwa beliau melihat cahaya
di makam Rasullullah SAW, yang tidak terlihat oleh orang-orang yang ziarah
bersamanya. Sementara al Imam Abu Fajar, ketika membaca berulang-ulang
lafaz tersebut, selama beberapa detik ‘me|ihat' pintu makam Rasulullah SAW
terbuka hampir separuhnya. Dan sebelum itu, ketika melakukan i'tikaaf di
sisi kanan makam Rasulullah SAW beliau mendengar suara seseorang
dari dalam makam, menyapa dalam bahasa Arab yang dipahaminya
sebagai : ”bagus, teruskan” Demikianlah rahmat dan keutamaan
Istirham yang dirasakan kedua Imam itu.
[Turats :83]

Aku berusaha
untuk menegakkan shalat dengan khusyu'
melalui pemahaman lafaz-lafaz yang kuucapkan.
Bila ucapanku agak cepat, maka kucoba pahami ucapan itu
kalimat demi kalimat ; dan bila aku masih juga menemukan kesulitan
menangkap pengertian dari tiap-tiap kalimat yang terucap, maka
kukosongkan kepala dan dada sambil terus mengucapkan bacaan-
bacaan shalat hingga selesai, Dan apabila aku masih
menemukan kesulitan untuk meraih kekhusyuk'an
maka kulakukan apa yang dilakukan oleh
kekasih Allah SWT : di rakaat terakhir
aku sujud berlama-lama untuk bertasbih dan bertahlil membaca:
Subhanallah Walhamdulillah wa la ilaha illallah Allahu Akbar
Sedikitnya 9 kali dan sebanyak-banyaknya 33 kali.
[Turats :84]

Aku
bersaksi
bahwa tidak ada
Tuhan selain Allah SWT dan
aku menyatakan kesaksian bahwa
Nabi Muhammad SAW adalah utusan Nya.
Kesaksian pertama, kunyatakan dari waktu
Ke waktu, karena aku telah menyaksikan dengan nyata
bahwa tidak ada ilah di dunia ini, sehingga tidak layak untuk mencari
pertuhanan selain Allah SWT, dan tidak layak pula kita membangun
perhambaan terhadap makhluk. Sedangkan kesaksian
kedua tentang kerasulan Muhammad SAW
kutanamkan dalam hati bahwa apapun yang
difirmankan oleh Allah SWT dalam al Qur'an
bersifat pasti. Termasuk kepastian bahwa
Muhammad adalah
hamba dan
Rasul Nya
[Turats : 85]

Aku
taati anjuran
Rasulullah SAW
shaum 6 hari di bulan Syawal
mulai tanggal 2 sampai tanggal 7;
hendaknya hal yang sama juga dilakukan
oleh segenap kaum Istirhami yang tidak sedang uzur.
Dan aku tetap tidak ingin kehilangan kehangatan Ramadhan
dengan tidak memutuskan tadarrus al Qur'an sepanjang tahun
serta mendawam shalat sunnah 8 rakaat, diakhiri dengan
shalat witir satu rakaat. Kesembilan rakaat itu
kulaksanakan pada setiap usai menunaikan
shalat Isya dan shalat sunnah ba'diah.
Demi yang jiwaku dalam genggaman
rahmat Nya, kukatakan bahwa
hari-hari yang kulewati
mendekati keindahan
Ramadhan
[Turats :86]

Bila lapang rizki
dan ingin bersedekah dalam jumlah besar,
lakukanlah setulus hati.
Bila sempit rizki
dan ingin bersedekah dalam jumlah kecil,
tangguhkanlah setengah hati. Bila lapang rizki
dan hanya ingin bersedekah dalam jumlah kecil,
hendaklah berhati-hati. Kecuali bila sempit rizki
tapi ingin bersedekah dalam jumlah besar,
Itulah ketajaman matahati.
[Turats :87]

Hati seorang alim
dijadikan tempat untuk menyimpan
amal kebajikannya dari sorotan mata manusia,
sementara orang lalim menjadikan hati mereka sebagai
tempat menyimpan mata manusia untuk menyoroti amal kebajikannya.
Hai kaum, berhati-hatilah untuk mengenali perbedaan hati dan matahati.
Sesungguhnya hati adalah sepotong darah kental yang tersembunyi di dalam dada
namun sehat dan sakitnya darah itu dapat kalian lihat dari lidah dan tangan yang tidak
tersembunyikan. Sedangkan matahati adalah cahaya yang dapat menyoroti kesehatan atau
kesakitan hatimu. Dan cahaya itu tidak akan terpotong oleh lidah dan tangan manusia.
[Turats : 88]

Kesabaran adalah pintu rahmat yang tersembunyi di dalam hati.
Bukalah pintu itu seluas mungkin dan jangan biarkan tersisa ruang kosong
tanpa terisi rahmat Allah SWT. Dan untuk dapat mengenali rahmat Nya, maka ukurlah;
bila masih menyimpan kalimat 'sudah habis kesabaran' berarti masih ada tersisa
ruang untuk diisi dengan marhamah. Jangan biarkan iblis mengisinya dengan amarah
dan dendam berkepanjangan, karena keduanya dapat dengan mudah
membakar segala kebijakan dan kebajikan yang kita timbun
dari waktu ke waktu
[Turats :89]

Cita-cita paling luhur
dari seorang Istirhami adalah
dapat menghidupkan pribadi dan lingkungannya dengan rahmat Allah SWT
karena keduanya dihidupkan hanya oleh rahmatNya.
Janganlah seorang di antara seorang kaum Istirhami yang
berharap lebih dari menginginkan
kehangatan rohani bersama
rahmat Allah SWT
[Turats :90]